Fajar baru saja lulus SMA, ia ingin kuliah dan saat ini menabung dari hasil usahanya jualan Mochi bikinan sendiri. Omzet per bulan capai Rp 36 juta per bulan.
Seperti layaknya seseorang yang memulai usaha, Fahris juga merasakan jatuh-bangun.
Saat mendapat pesanan cetakan untuk pertama kalinya, ia langsung rugi sekitar Rp2 juta rupiah karena kliennya tidak puas dengan hasil cetakannya, dan meminta dicetak ulang. Kala itu Fahris masih menggunakan pihak ketiga untuk mencetak pesanan yang diterimanya, sehingga ia tidak bisa mengawasi secara langsung saat proses pencetakan.
Sekarang Fahris sudah bisa menggunakan mesin cetak di sekolahnya lewat fasilitas Unit Produksi dan Jasa (UPJ). Mesin cetak di SMKN 4 Malang menggunakan mesin cetak Offset Printing Machine GH 524 dan Thermal CTP Platemaker Speedy 560/110, dengan merk Gronhi.
Mesin cetak empat warna itu merupakan bantuan dari Asian Development Bank (ADB). Dengan meminjam mesin cetak di Unit Produksi dan Jasa SMKN 4 Malang, Fahri dapat melakukan pengawasan secara langsung terhadap proses pencetakan dan hasil cetaknya.
Saat ini ia sudah memiliki dua karyawan tetap yang terdiri dari alumni SMKN 4 Malang dan siswa SMKN 4 Malang yang berlatar belakang teknologi informasi, khususnya bagian desain. "Freelance juga banyak, bisa belasan sampai puluhan, tergantung orderan cetakan," ujar anak tengah dari tiga bersaudara itu.
Kehidupan pelajar di Korea Selatan
Kehidupan pelajar di Korea Selatan (Koreaboo.com)
Omset yang diterimanya pun pernah mencapai puluhan juta rupiah.
Awal tahun 2017 ini ia baru saja mendapatkan pesanan untuk mencetak ratusan kalender dari sebuah hotel ternama di Malang.
Penyuka sepak bola itu merasa bersyukur mendapat dukungan penuh dari pihak sekolah maupun keluarga dalam menjalani usahanya.
Selain diperbolehkan menggunakan fasilitas di UPJ, Fahris juga merasa terbantu saat berkonsultasi dengan salah satu guru, Rini Soesilowati, seorang guru di program keahlian Persiapan Grafika.
Baca: Video Siswa Bentak-bentak Pria Tua yang Bikin Motornya Lecet, Padahal Mau Tanggung Jawab
Fahris pernah meminta petunjuk dari Rini mengenai cara membuat nota kesepahaman atau surat kontrak saat menerima pesanan. Di acara syukuran setahun berdirinya Asa Printing, ia pun mengundang Rini untuk datang ke acara tersebut, tapi Rini berhalangan untuk hadir.
Esok paginya di sekolah, Rini mendapati di atas mejanya terdapat sebuah parsel buah yang dikirimkan Fahris sebagai ucapan terima kasih dan syukur.
"Saya terharu, sampai hampir menangis melihatnya," tutur Rini yang tidak menyangka Fahris sangat memperhatikan konsultasi yang dianggapnya tidak seberapa itu.
Sebagai guru, ia juga mengaku sangat senang dengan keberhasilan Fahris berwirausaha.
Dukungan dari keluarga juga diterima Fahris, meskipun pada awalnya keluarganya sempat keberatan dengan niatnya berwirausaha sambil bersekolah.
"Takut sekolah terganggu," kata Fahris saat ditemui usai ujian praktik kejuruan UPK), di Gedung SMKN 4 Malang, Jawa Timur, Jumat (3/3/2017).
Namun, ia berhasil membuktikan kepada orang tuanya bahwa ia bisa melakukan manajemen waktu dengan baik, antara sekolah, berwirausaha, dan kegiatan "mondok" di Pondok Pesantren Islam Darul Makin Malang.
"Sekolah sampai jam 3. Terus jam 3 sampai jam 5 saya cari order (pesanan). Lalu mondok, ngaji sampai jam 8, lanjut mengerjakan tugas sekolah di pondok sampai tengah malam, tidurnya di pondok. Makanya kadang saya suka ngantuk-ngantuk kalau lagi di sekolah," tuturnya sambil tersenyum.
Siswa yang akan mewakili sekolahnya dalam Lomba Kompetensi Siswa (LKS) itu berencana melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah setelah lulus dari SMK nanti. "Saya ingin kuliah sambil berwirausaha," ujarnya.
Baca: Guru Ini Wajibkan Siswa Tos Sebelum Masuk Kelas, ini Alasannya
Menariknya, jurusan yang dipilihnya di perguruan tinggi nanti tidak linier dengan jurusannya di SMK, maupun kegiatannya berwirausaha.
Pria kelahiran 1 November 1998 itu tidak berniat mengambil jurusan teknik maupun manajemen, melainkan jurusan psikologi.
"Saya tertarik dengan psikologi. Itu yang sesuai dengan pilihan hati saya," tutur Fahris.
Fahris telah membuktikan bahwa siswa SMK mampu berwirausaha dan menciptakan lapangan kerja.
Ia juga menjadi contoh mampu bersaingnya siswa SMK dalam perputaran roda ekonomi, khususnya di dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Ia dan sekolahnya telah menjadi praktik baik (best practice) bagaimana lulusan SMK bisa berkualitas dan memiliki daya saing, sesuai dengan yang diharapkan dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Sumber Daya Manusia Indonesia.(*)
Sumber : http://wow.tribunnews.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Dua Pelajar SMA Ini Mendadak Populer Gara-gara Usaha Sampingan Beromzet Puluhan Juta"
Post a Comment